“Menjadi Pemimpin yang Menghadirkan Solusi, Bukan Masalah”

Aapa kamu sudah layak untuk menjadi pemimpin?

Muhammad Fadli Adim

11/18/20251 min baca

Menjadi pemimpin pada dasarnya bukan sekadar memimpin. Pemimpin adalah jembatan antara pimpinan di atas dan bawahan yang dipimpinnya. Tugasnya bukan hanya mengatur, tetapi juga memberikan solusi tanpa ego dan pendapat pribadi semata. Pemimpin bertanggung jawab terhadap pencapaian perusahaan sekaligus bertanggung jawab melindungi bawahannya.

Jangan hanya menekan bawahan tanpa solusi dan edukasi yang tepat. Pada dasarnya, diskusi dengan kepala dingin dan bahasa yang baik kepada bawahan merupakan salah satu ciri pemimpin yang disegani dan diikuti oleh timnya.

Salah satu risiko kegagalan seorang pemimpin adalah ketika ia hanya mementingkan ego pribadi demi pencapaian, tanpa melihat kondisi aktual di lapangan. Karena itu, ketika membuat peraturan, buatlah aturan yang tepat dengan menjaga komunikasi, merangkul, dan mengarahkan.

Jika ada masalah atau target yang harus dicapai, seorang pemimpin harus memberi arahan dengan bahasa yang baik dan benar.

Contohnya:

“Gimana kondisi di lapangan? Ada kendala?”

Dengarkan dulu keluh kesah dan kondisi lapangan, jangan langsung berkata, “Kamu harus A, kamu wajib A.”

Setelah mendengar keluhan, barulah diselaraskan dengan target yang harus dicapai. Mintalah mereka memberikan masukan: apa langkah terbaik menurut mereka? Jika tidak ada masukan, barulah pemimpin memberi solusi.

“Kalau seperti ini gimana, kawan-kawan?”

Intinya, komunikasi yang baik harus dijaga. Tanpa komunikasi yang baik, semuanya bisa berantakan dan tidak ada pencapaian yang diperoleh.

Merangkul adalah salah satu poin yang sering disepelekan. Mengapa? Karena banyak orang sombong dan merasa paling bisa. Jangankan merangkul, berkomunikasi dengan baik dan bertanggung jawab atas peraturannya sendiri pun masih sering diabaikan.

Sudah tahukah kamu bagaimana cara merangkul bawahan dengan baik?

Karena itu, alangkah baiknya seorang pemimpin menurunkan ego yang sombong. Boleh percaya diri, tetapi lihat dulu batas kemampuan diri. Jangan serakah dan jangan mengambil hak orang lain.

Pada dasarnya:

“Bekerjalah dan majulah dengan baik tanpa menyingkirkan orang lain.

Naiklah setinggi-tingginya tanpa menjatuhkan orang lain.

Jadilah baik tanpa menjelekkan orang lain.

Jadilah benar tanpa harus menyalahkan orang lain.”

Boleh saja mengejar karier, tetapi ingatlah bahwa orang-orang di bawahmu, yang belum tentu sehebat kamu, hanya ingin bekerja secara sehat, aman, dan nyaman untuk menghidupi keluarganya—tanpa menjatuhkan siapa pun, termasuk dirimu sebagai pemimpin.

---